Gerimis, hujan, dan panas menyambut
pagi hari di Coban Rais. Coban adalah sebutan untuk air terjun untuk wilayah
malang dan sekitarnya. Hari itu saya sudah dengan persiapan matang untuk
mengungkap keanekaragaman hayati di salah satu Coban yang ada di kota Batu.
Berbekal kamera Canon EOS 600D dan lensa kit sebagai pelengkapnya, berbagai
macam hal unik akan terabadikan dengan sempurna.
Coban Rais terletak di dusun Dresel, desa Oro oro Ombo, Batu. Sebenarnya Saya
berada di Coban Rais bukan karena acara sendiri, tapi lebih kepada acara Pesantren
tempatku mengabdi selama 3 tahun terakhir. Achievement
Motovation Training atau disingkat AMT adalah kegiatan tahunan yang wajib
diikuti oleh kelas pertama dan akhir seperti diriku. Tetapi bagaimanpun juga Saya
tidak akan mensiasiakan kesempatan mengabadikan beraneka macam ciptaan Tuhan di
tempat yang masih sangat alami ini.
Karena pagi diawali dengan gado-gado
cuaca, maka keluarlah dewi cantik dibalik hijaunya perbukitan Coban Rais. Ya,
Pelangi, yang sering dinyanyikan anak-anak TK namun jarang sekali muncul
dihadapan mereka, paling munculnya di buku pelajaran yang penuh gambar.
Sebenarnya sudah sering Saya melihat pelangi, namun baru pertama kali mendapat
kesempatan untuk mengabadikannya ke dalam bentuk digital.
pelangi di wana wisata Coban Rais
Acara AMT pun dimulai pukul 7 pagi.
Acara yang lebih berkonsep outbond ini diisi dengan 5 permainan yang tersebar mulai
jalur tracking sampai jalan dekat
dengan Coban atau air terjunnya. Kebetulan Saya menjaga pos 4 , jadi cukup
banyak waktu untuk sesekali mengeksplor lingkungan sekitar. Tak kusangka dan tak
kuduga, belum ada setengah perjalanan kibasan sayap Elang ular bido membuatku
diam terpana dalam imajinasi dan kekaguman. Memang bukan pertama kalinya
melihat elang sebesar itu, sebelumnya pernah juga di TN Baluran, Gunung Arjuno dan di Tahura R Soerjo. Entah mengapa kali ini
terasa sedikit berbeda, mungkin kaena Saya lebih siap dengan peralatan tempur
yang lebih memadai. Dengan sigap ku arahkan moncong lensa asal, berspekulasi
untuk mendapatkan fotonya yang sedang bertengger, karena setiap didekati, Elang
sensitif ini langsung kabur, mungkin karena Saya datang besama gerombolan
manusia berpakaian mencolok. Saking semangatnya Saya sampai lupa mengatur
kamera menjadi lebih normal shutter speed dan bukaan diafragmanya, sehingga
ketika mendapat kesempatan untuk memfoto ketika sedang terbang hasilnya over,
atau kelebihan cahaya, dan bisa ditebak foto dominasi warna putih yang Saya
dapatkan. Senang, tapi juga kecewa dengan hasil yang kurang maksimal.
Bagaimanapun juga ini harus disyukuri, dan tak perlu khawatir, suatu saat nanti
pasti ketemu lagi.
Elang Ular Bido yang lagi bertengger
Elang Ular Bido sedang mengepakkan sayapnya
Setelah acara AMT selesai, Saya
mengikuti peserta terakhir kearah Coban. Melewati jalan setapak becek, rembesan
sungai, sampai aliran sungai yang berasal dari Coban. Pemandangan yang berbeda
dengan yang Saya lihat ketika pertama kali kesini, kali ini air lebih banyak
mengucur dari tebing yang tingginya kurang lebih 30m, membuat angin bercampur
titik-titik air terhempas sampai ke wajah
para pengunjung yang sudah banyak berkumpul di sekitar Coban.
Dalam perjalanan pulang Saya lebih
memilih berangkat paling terakhir, karena dengan begitu akan lebih leluasa
untuk mencari dan memfoto apa yang Saya inginkan. Dan ternyata Tuhan merestui
dan mengabulkan permintaanku. Serangga kayu, Capung jarum, Kupu-kupu, kepik, Laba-laba,
Ulat bulu menjadi tangkapan digital yang cukup menarik untukku. Tak lupa
sekarung sampah Saya dapat dari bejalan menuruni bukit kembali ke base camp.
kepik
capung jarum
serangga kayu
laba-laba kecil
laba-laba besar
kupu-kupu
Dan itulah sepenggal cerita dari Calon Animator, fotografer amatiran, santri dari Pesantren mahasiswa Al-Hikam, dan
mahasiswa semester hampir akhir dari Universitas Negeri Malang prodi DKV. Semoga
menambah pengetahuan dan rasa ingin tahu anda.